Sharing info seputar Artikel, Tutorial, Informasi yang bermanfaat.

Pendidikan dan Kesempatan

Tidak ada komentar

Pendidikan & Kesempatan

(oleh : Fahmi Ardhi, S.T.)

Kali ini saya akan mencoba membuat sebuah artikel yang baik dan benar mengenai sistem pendidikan dan profesionalitas. Tidak bermaksud untuk mencari benar atau salahnya sebuah sistem pendidikan, namun hanya sebagai pembahasan dalam menghadapi kuatnya arus perkembangan era globalisasi yang semakin pesat di masa sekarang.

Pendidikan Formal 12 Tahun

Sudah berjalan puluhan tahun di Indonesia kita mengenal sistem pendidikan formal yang dinulai dari tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah umum (SMU/SMA), bahkan hingga pendidikan formal di Perguruan Tinggi. Waktu yang ditempuh untuk dapat menyelesaikan pendidikan formal di atas adalah 12 tahun ditambah 4 tahun hingga tingkat Perguruan Tinggi. Pemerintah sediri mencanangkan program wajib belajar 9 tahun yang beberapa tahun terakhir ini kebijakannya telah berubah menjadi wajib belajar 12 tahun.

Selain sekolah menengah umum (SMU) sebagai sekolah formal yang masuk kedalam program wajib belajar 12 tahun pemerintah, ada juga sekolah menengah kejuruan (SMK). Berbanding terbalik dengan metode di SMU yang banyak membekali siswa dengan ilmu teori, SMk justru banyak membekali siswa-siswanya dengan ilmu praktis. SMk lebih menitik beratkan pada persiapan pasa peserta didik untuk dapat menghadapi persaingan dunia kerja setelah mereka lulus.

Pertanyaan besar di benak saya adalah, apakah proses pendidikan yang telah dijalani sekian lama tersebut relefan dan berpengaruh terhadap peluang dan kesempatan dalam memasuki dunia profesional dikemudian hari, dalam hal ini pekerjaan yang akan dijalankan oleh para pelajar di masa yang akan datang ? Tentu Jawabannya adalah, tergantung dari sudut pandang masa kita melihatnya dan tentunya tergantung pada pilihan cita-cita yang akan dicapai oleh siswa dimasa yang akan datang.

Pendidikan Tambahan - Non Formal

Tidak hanya sekolah formal, para orangtua juga mengikutsertakan anak-anak mereka ke dala pendidikan non formal, misalnya seperti kursus bahasa asing, kursus kumon, kursus musik, kursus komputer, kursus kepribadian, dll. Hal tersebut dijalankan oleh para orangtua demi mempersiapkan diri anak-anak mereka untuk menghadapi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Bisa jadi pemikiran kebanyakan orangtua sama, yaitu bahwa pendidikan formal yang diterima anak-anak mereka di bangku sekolah masih dapat dikatakan kurang untuk bekal mereka kelak. Persiapan pendidikan yang berbasis kompetensipun dipilih oleh para orangtua dengan jalan sekolah non-formal/kursus. Memang benar apa adanya, bahwa di zaman globalisasi saat ini, bekal pengetahuan dan pendidikan yang taktis justru banyak diperoleh dari lingkungan sekolah non-formal.

Pendidikan di Perguruan Tinggi.

Bagi sebagian masyarakat luas yang memiliki kemampuan finansial lebih, tentu akan memebekali anak-anaknya dengan pendidika hingga ke Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi inilah para pelajar baru benar-benar mendapatkan pembekalan yang lebih spesifik atas cita-cita yang akan digapainnya kelak. Misalnya jika bercita-cita menjadi seorang Dokter maka ia akan mengambil jurusan kedokteran, jika ingin menjadi pengacara maka ia akan mengambil jurusan hukum, jika ingin menjadi akuntan maka ia akan mengambil jurusan akuntansi, jika ingin menjadi arsitek maka ian akan mengambil jurusan teknik arsitektur, dan masih banyak yang lainnya.

Gelar Strata 1 inilah yang dikemudian hari akan membantu dan membuka jalan bagi mereka untuk memasuki dunia profesionalitas, dalam hal ini adalah dunia kerja. Namun tidak sedikit pula gelar Strata 1 yang "TIDAK" bisa membantu/membuka jalan bagi mereka untuk bersaing di dunia kerja. Seperti fenomena yang banyak terjadi saat ini, cukup tingginya tingkat pengangguran yang memiliki gelar Strata Akademik di beberapa kota besar di indonesia, sebut saja di Jakarta. Kegiatan-kegiatan seperti pameran dunia kerja/jobsfair seperti menjadi ajang pertempuran para sarjana dan bukan sarjanan untuk mendapatkan kesempatan kerja.

Jika gelar akademis Strata 1 saja belum bisa membuka kesempatan untuk dapat masuk ke dunia profesional, lalu apa manfaatnya para pelajar menghabiskan waktu hingga 16 tahun bergelut di dunia pendidikan. Apakah sistem pendidikannya yang salah, atau para peserta didiknya yang salah. Banyak sudut pandang unuk menjawab hal tersebut. Saya akan coba menggali lebih dalam mengenai dinamika permasalahan tersebut pada artikel berikutnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar